YOGYAKARTA — Sejak beberapa waktu belakangan, kedelai Edamame memang telah menjadi primadona baru komoditas pertanian di Indonesia. Selain mudah dalam hal pemeliharaan serta masa panen yang singkat, nilai jual kedelai asal Jepang ini juga terbilang cukup tinggi.
Tak heran banyak petani berlomba-lomba menanam dan mengembangkan kedelai Edamame ini. Apalagi potensi pasar kedelai yang biasa dimasak sebagai sayuran ini masih sangat terbuka luas, baik itu untuk masyarakat kalangan menengah ke atas maupun menengah ke bawah.
Salah seorang distributor kedelai Edamame asal Bantul Yogyakarta, Simo Tri Mufaid, mengaku sudah menggeluti jual beli kedelai Edamame sejak 3 tahun terakhir. Menurutnya hingga saat ini pasarnya masih sangat bagus dan terbuka luas.
Simo mengaku saat ini ia rutin menjual 1-2 ton kedelai Edamame setiap harinya. Kedelai itu ia ambil langsung dari para petani binaan di berbagai daerah yang telah menjalin kerjasama dengannya. Untuk pangsa pasar sendiri, Simo mengaku biasa memasarkan kedelai Edamame hasil panen para petani ke sejumlah supermarket.
“Pemasaran Kedelai Edamame ini memang selama ini lebih ke supermarket-supermarket. Karena konsumennya biasanya masyarakat kalangan menengah ke atas. Tapi saat ini sudah banyak masyarakat menengah ke bawah yang juga telah mengkonsumsi kedelai Jepang ini. Sehingga pasarnya semakin luas,” ungkapnya Senin (17/02/2020).
Terbatasnya petani kedelai Edamame yang ada di Indonesia saat ini, bahkan membuat distributor seperti Simo tak bisa memenuhi kebutuhan pasar yang sangat besar. Bagaimana tidak, untuk wilayah DIY dan Jawa Tengah saja kebutuhan kedelai Edamame mencapai sekitar 4-5 ton setiap harinya.
“Itu belum untuk memenuhi kebutuhan ekspor. Karena kedelai Edamame ini juga memiliki pasar luar negeri. Salah satunya seperti Jepang, yang memang masyarakatnya biasa mengkonsumsi kedelai Edamame,” katanya.
Untuk memenuhi kebutuhan yang sangat besar itulah, Simo gencar mendorong para petani di berbagai daerah untuk menanam dan membudidayakan kedelai Edamame. Yakni dengan menjalin kerjasama atau kemitraan dengan berbagai pihak. Di Bantul, Koperasi Gemah Ripah Trirenggo binaan Yayasan Damandiri, menjadi yang pertama menjalin kerjasama penanaman kedelai Edamame ini.
“Di Bantul desa Trirenggo menjadi yang pertama mengembangkan kedelai Edamame. Selain itu juga ada di Sleman, Jember hingga Banyuwangi. Semua petani kita suplai bibit, serta kita bina mulai dari penanaman hingga masa panen. Dan begitu memasuki masa panen, semua hasil panen kita beli seluruhnya,” ungkapnya.
Sumber : https://www.cendananews.com/2020/02/koperasi-susun-sop-terkait-edamame-agar-hasil-maksimal.html